Selasa, 25 Oktober 2011

Wajah para musisi pada Uang dan Perangko

Assalamualaikum wr wb.
Pada posting kali ini saya akan menampilkan  beberapa uang-uang yang seringkali terdapat gambar wajah para musisi ternama di dunia, kebanyakan uang yang menampilkan wajah para musisi ialah uang Commemorative.




















1.Wolfgang Amadeus Mozart

5000 Schilling, Austria 1988
























2.Ludwig Van Beethoven

Test Note De La Rue, Specimen








3.Felix Mendelssohn Bartholdy

5 Deutsche Mark 1984
1 Dollar Tuvalu 2009, Silver 1 Troy Ounce 99,99 %

4.Johann Sebastian Bach















5.WR. Soepratman
Rp.50.000 Indonesia 1999


Senin, 24 Oktober 2011

Seri Pekerja 1958

Assalamualaikum wr wb. Pada posting kali ini saya akan membahas tentang uang kuno seri pekerja tahun remisi 1958.


Seri Pekerja tahun 1958 ini merupakan seri yang termudah didapatkan, tidak banyak variasi, dan berharga tidak terlalu mahal. Semua pecahan relatif mudah didapatkan termasuk yang berkondisi UNC nya sekalipun kecuali untuk pecahan 500 dan 5000 coklat.

Semua pecahan mempunyai tanda air bergambar kepala banteng dan hanya mempunyai satu variasi kecuali pecahan 5000 violet yang bertanda air garuda pancasila dengan dua variasi.


Pecahan 5, 10, 25, 50 dan 100 rupiah

Relatif mudah didapatkan, berharga tidak terlalu mahal hanya berkisar puluhan ribu rupiah saja. Seharusnya para kolektor pemula tidak akan mengalami kesukaran untuk mengumpulkan yang berkondisi UNC. Khusus pecahan 5 rupiah tidak tercantum tahun penerbitan.
Pecahan 500 rupiah

Merupakan pecahan tersulit didapatkan, apalagi yang berkondisi UNC. pecahan ini adalah kunci dari seri Pekerja 1958. Harga UNC sekitar 1 juta rupiah.

Pecahan 1000 rupiah

Terdiri dari dua variasi, yaitu violet dan merah coklat. Harga UNC keduanya relatif sama yaitu sekitar Rp. 150.000,- walaupun sebenarnya variasi merah coklat agak lebih sukar didapatkan.


Pecahan 5000 rupiah (coklat)

Untuk yang berkondisi biasa sangat mudah didapatkan, tetapi yang berkondisi UNC sangat sulit ditemukan, sehingga pecahan ini mempunyai rentang harga yang sangat lebar. Kondisi biasa bisa dengan mudah dibeli dengan harga cuma puluhan ribu rupiah saja tetapi yang berkondisi UNC bisa mencapai Rp.800.000,- perlembarnya.

Pecahan 5000 rupiah (violet)

Mempunyai gambar yang sangat mirip dengan pecahan 5000 coklat, tetapi mempunyai water mark yang berbeda. Tidak seperti pecahan2 lainnya yang bergambar kepala banteng, pecahan berwarna violet ini bergambar Garuda Pancasila. Sangat mirip dengan pecahan 10.000 (1964).
Terdapat dua variasi water mark, yang pertama ada di bagian tengah dan yang kedua ada di kedua sisi kiri dan kanan. Variasi kedua lebih sulit didapatkan. Pecahan ini biasa ditemukan dalam kondisi yang baik dan berharga UNC sekitar Rp.700.000,-

Seri Pemandangan Alam 1951 dan 1953

Seri Pemandanga Alam I dan II

Assalamualaikum wr wb. Pada posting kali ini saya akan membahas uang kuno RI yang dikenal dengan Seri Pemandangan Alam I dan II.

Disebut seri pemandangan alam I karena pada tahun 1953 juga diterbitkan seri pemandangan alam II dengan gambar yang sama tetapi beda tanda tangan. Seri pertama ini ditandatangani oleh Mr. Sjafrudin Prawiranegara bertahun 1951 dan yang kedua oleh Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo bertahun 1953. Kedua seri ini dicetak oleh Security Banknote Company.
Karena masa edar yang lebih singkat, seri pemandangan alam II sedikit lebih sukar ditemukan dibandingkan yang pertama sehingga harganyapun sedikit lebih mahal. Semua pecahan seri pemandangan alam relatif mudah ditemukan termasuk yang UNC nya sekalipun. Karena itu bagi para kolektor pemula rasanya tidak akan mengalami kesulitan untuk melengkapi seri ini dengan kondisi yang terbaik.

Harga seri pemandangan alam I tahun 1951 yang UNC sekitar Rp.30.000,- perlembar baik untuk pecahan 1 maupun 2,5 rupiah dan untuk seri pemandangan alam II sekitar Rp.50.000,- perlembar.

Beberapa waktu yang lalu, Security Banknote Company melalui salah satu balai lelang di Amerika melelang bentuk specimen, uncut dan proof dari seri ini. Bentuk yang tidak lazim ini sangat langka ditemukan dan tentu saja bernilai sangat tinggi.
Proof
Jenis proof pemandangan alam I, perhatikan perbedaannya bila dibandingkan dengan jenis yang beredar antara lain angka 1 dan 2,5 yang lebih besar, adanya tulisan Security Banknote Company di bagian bawah, gambar pohon kelapa yang berbeda serta adanya burung garuda pada sisi kanan pecahan 1 rupiah.
Bentuk Spesimen

Bentuk Uncut
Dapat disimpulkan bahwa, seri pemandangan alam, adalah bentuk uang kuno Indonesia yang paling sering ditemukan bahkan dalam bentuk UNC dengan harga yang relatif murah.

Minggu, 23 Oktober 2011

Uang Kuno Seri Hewan 1957


Assalamualaikum wr wb 
pada posting kali ini, saya akan membahas uang kuno Indonesia yang paling istimewa, yaitu Seri Hewan 1957

Seri hewan merupakan seri paling menarik, paling dicari dan memiliki tingkat kesulitan paling tinggi dibanding seri-seri lainnya. Untuk melengkapi seri ini dibutuhkan waktu yang lama, kerja keras dan dana yang sangat besar. Beberapa pecahan yaitu 10 dan 25 rupiah memiliki harga yang fantastis dan sangat sukar didapatkan.
Semua pecahan seri hewan tidak memiliki tahun penerbitan, tetapi walaupun demikian seri ini memiliki gambar dan warna yang sangat menarik dan bersifat universal. Setiap orang di seluruh dunia pasti mengetahui nama-nama hewan yang tercetak di seri ini, sehingga tidak heran menjadi incaran para kolektor mancanegara.



                                                               
Pecahan 5 Rupiah


Bergambar orang utan di bagian depan dan candi Prambanan di bagian belakang, memiliki tiga variasi nomor seri, yaitu 1 huruf, 2 huruf dan 3 huruf. Variasi 1 huruf sangat sukar ditemukan dan biasanya berada dalam kondisi kurang baik. Variasi 1 huruf yang UNC jarang sekali ditemukan dan memiliki nilai jual sangat tinggi.
Variasi 2 huruf UNC cukup sering ditemukan apalagi dengan variasi 3 hurufnya sangat mudah didapatkan. Harga UNC kedua variasi tersebut berkisar Rp. 350.000 perlembarnya.

Pecahan 10 Rupiah

Bergambar Rusa di bagian depan dan perahu kora2 di bagian belakang. Pecahan ini ditarik kembali setelah sempat beredar selama beberapa hari. Sehingga tingkat kesulitan untuk mendapatkan pecahan 10 rupiah sangatlah tinggi. Sebagian besar versi yang tersedia di pasaran adalah versi SPECIMEN. Harga pecahan 10 rupiah versi SPECIMEN saat ini bernilai jutaan rupiah, sedangkan versi beredarnya tidak dapat ditentukan karena sangat langka dan hampir tidak pernah terlihat.


Pecahan 25 rupiah

Seperti juga dengan pecahan 10 rupiah, pecahan 25 rupiah yang bergambar badak ini hanya beredar beberapa hari sehingga tingkat kesulitan uang ini juga sama besarnya dengan pecahan 10 rupiah. Harga versi SPECIMEN nya sama dengan pecahan 10 rupiah sedangkan versi beredarnya sangat-sangat langka sehingga harga pasaran juga tidak dapat dipastikan. Kedua pecahan 10 dan 25 rupiah ini merupakan kunci dari semua uang terbitan Bank Indonesia. Hanya beberapa gelintir kolektor saja yang memiliki kedua pecahan ini.


Pecahan 50 Rupiah

Bergambar buaya di bagian depan dan mesjid Raya Deli di bagian belakang, terdiri dari 2 variasi nomor seri yaitu satu huruf dan dua huruf. Variasi satu huruf jauh lebih sulit didapatkan daripada variasi dua huruf dan berharga sekitar satu setengah kali nya. Harga UNC variasi 2 huruf pecahan ini sekitar Rp.750.000,- perlembarnya.

Pecahan 100 Rupiah

Pecahan yang bergambar tupai ini merupakan pecahan yang paling mudah didapat dan berharga jual di bawah pecahan2 lainnya, pecahan ini mempunyai tiga variasi nomor seri yaitu satu huruf, dua huruf dan tiga huruf. Seperti yang lainnya pecahan variasi satu huruf lebih sulit didapatkan dibandingkan variasi2 lainnya. Harga UNC variasi dua huruf dan tiga huruf adalah sama yaitu berkisar antara Rp.500.000, sementara harga variasi satu huruf sekitar satu setengah sampai dua kalinya.


Pecahan 500 Rupiah

Pecahan bergambar macan ini merupakan salah satu uang kertas yang paling dicari oleh para kolektor baik lokal maupun mancanegara. Gambarnya yang bagus dengan tema universal disertai warna yang sangat menarik membuat uang ini semakin lama semakin sulit ditemukan. Pecahan 500 rupiah ini terdiri dari dua variasi yaitu satu huruf dan dua huruf. Tingkat kesulitan maupun harga variasi satu huruf berlipat-lipat dibandingkan variasi dua huruf. Harga kondisi VF variasi dua huruf saat ini berkisar sekitar Rp.2 jutaan dan untuk UNC nya menurut data terakhir sudah melebihi Rp.7,5 juta perlembarnya. Sangat tidak masuk akal bukan? Karena beberapa tahun yang lalu pecahan ini sangat banyak ditemukan dan harganyapun hanya berkisar ratusan ribu sampai Rp.1 jutaan untuk kondisi UNC. Saat ini hampir tidak mungkin kita menemukannya dengan harga sedemikian.


Pecahan 1000 Rupiah

Seperti pada pecahan 500 rupiah, uang yang bergambar gajah ini juga sangat digemari oleh para kolektor. Semakin lama semakin sukar untuk mendapatkan jenis yang UNC sehingga harganyapun semakin membumbung tinggi. Terdapat dua variasi nomor seri, satu huruf dan dua huruf. Variasi satu huruf tentu saja lebih sukar didapatkan dibanding variasi dua huruf, sehingga harganyapun juga lebih tinggi sekitar 2 kalinya. Harga variasi dua huruf kondisi EF sekitar Rp.1,5 juta dan UNC sudah melampaui angka 2 jutaan rupiah.


Pecahan 2500 Rupiah

Bergambar komodo, dengan bentuk yang besar dan corak yang menawan merupakan salah satu uang kertas yang paling diburu. Pecahan ini relatif mudah didapatkan bahkan yang UNC nya pun masih bisa diperoleh di kisaran harga Rp.2 juta. Terdiri dari tiga variasi nomor seri, satu huruf, dua huruf dan dua huruf diatas satu huruf. Variasi satu huruf sangat langka dan sangat sulit ditemukan sehingga harganya pun berlipat-lipat dibandingkan variasi-variasi lainnya.


Demikian posting saya kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.


Wassalamualaikum wr wb.

Jumat, 21 Oktober 2011

Oeang Repoeblik Indonesia



Assalamualaikum wr.wb
Pada posting kali ini, saya akan membahas tentang ORI (Oeang Repoeblik Indonesia ).

Oeang Republik Indonesia atau ORI adalah mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.

Resmi beredar pada 30 Oktober 1946, ORI tampil dalam bentuk uang kertas bernominal satu sen dengan gambar muka keris terhunus dan gambar belakang teks undang-undang. ORI ditandatangani Menteri Keuangan saat itu A.A. Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak oleh Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna dan memakai pengaman serat halus.

Presiden Soekarno menjadi tokoh yang paling sering tampil dalam desain uang kertas ORI dan uang kertas Seri ORI II yang terbit di Jogjakarta pada 1 Januari 1947, Seri ORI III di Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus1949, dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta pada 1 Januari 1950.

Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti di Jogjakarta, Surakarta dan Malang.

Saya telah mengumpulkan beberapa uang seri ORI II tahun remisi 1947 diantaranya :
Pecahan ini mempunyai beberapa variasi nomor seri, diantaranya adalah :


1. 6 angka 2 huruf 4-2 mm
2. 6 angka 2 huruf 4-4 mm
3. 6 angka 3 huruf 4-4-2 mm



1. 6 angka 3 huruf 4-4-2 mm

2. 6 angka 2 huruf 4-4 mm
Wassalamualaikum wr. wb.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Belajar sejarah melalui Uang Kuno

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr. wb.

Pada posting kali ini saya akan membahas hobi mengoleksi Uang atau bahasa kerenya Numismatik.

Numismatik adalah suatu hobi yang cukup langka di masyarakat Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia tidak peduli dengan uang yang dimilikinya entah uang itu sudah "lecek" dan "kusam", padahal uanga adalah simbol kedaulatan negara yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Uang memiliki nilai sejarah yang tinggi , karena  di setiap adanya peristiwa sejarah pasti uang itu menjadi saksi bisunya,m lain dengan uang Commemorative yang dikeluarkan untuk memperingati peristiwa sejarah tersebut.


Nilai sebuah uang kuno ditentukan oleh tingkat kelangkaan, faktor sejarah dan kondisi fisik uang kuno tersebut.

Tadi siang hari Sabtu 15 Oktober 2011, saya pergi ke Pasar Taman Puring dalam meksud hati membeli Uang kuno untuk melengkapi koleksi album uang kuno saya yang Insya Allah di akhir tahun saat Pensi SMPN 41 Jakarta (SSN) saya akan adakan pemeran kecil bertama Oeang, Doeloe dan Sekarang. Setelah mencari-cari dari ujung ke ujung hingga bertanya berkali-kali, akhirnya kami sampai juga di kios Uang kuno yang dicari-cari sejak tadi.

Saya pun sempat mengobrol banyak dengan si penjual masalah hobi uang kuno. Beliau mengatakan bahwa mengkoleksi uang kuno adalah hobi yang harus diapresiasi karena dari mengkoleksi uang kuno , secara tidak langsung kita sedang terbawa ke suatu peristiwa bersejarah di masa lampau. Saya pun sependapat dengan beliau, karena dengan kita menyimpan suatu benda bersejarah (dalam artian sempit uang kuno) maka kita sudah berada dekat dengan saksi bisu suatu peristiwa bersejarah di masa lampau. Beliau juga sempat mengatakan kita harus pandai-pandai menjaga uang karena uang itu sangat berharga walaupun nominalnya kecil.

Alhamdulillah, saya cukup senang karena berhasil mendapatkan 3 lembar uang kuno lagi untuk melengkapi album saya. uang kuno yang baru saja tadi saya beli gambarnya saya tampilkan di posting ini.

Wassalamualaikum wr. wb

Kamis, 13 Oktober 2011

LAGU KEBANGSAAN NEGARA-NEGARA DI EROPA (Part 1)



1.UNITED KINGDOM-God Save The Queen
2.GERMANY-Deutschlandlied
3.AUSTRIA-Osterreich Bundeshymne
4.NETHERLAND-Het Wilhelmus
5.FRANCE-La Marseillaise
6.RUSSIA-Государственный гимн Российской Федерации
7.ITALY-Il Canto Degli Italiani
8.POLAND-Mazurek Dabrowskiego
9.TURKEY-Istiklal Marsi
10.SPAIN-Marcha Real

LAGU KEBANGSAAN DI ASEAN


1.INDONESIA-Indonesia Raya
2.MALAYSIA-Negaraku
3.SINGAPORE-Majulah Singapura
4.THAILAND-Phleng Chard
5.VIETNAM-Tien Quan ca
6.LAOS-Pheng Xat lao
7.CAMBODIA-Nokor Reach
8.MYANMAR-kaba Ma Kyei
9.PHILLIPINES-Lupang Hinirang
10.ASEAN Anthem-ASEAN WAY

Wage Rudolf Soepratman, Musisi yang Heroik

Wage Rudolf Supratman (9 Maret 1903, Jatinegara, Jakarta - 17 Agustus 1938, Surabaya) adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya". Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Salah satunya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun, kemudian melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Ujungpandang, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.

Soepratman dipindahkan ke kota Singkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem, sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik. W.R. Soepratman tidak beristri serta tidak mempunyai anak angkat.

Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.


Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kodisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.


Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM jalan Embong Malang - Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok-Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

Franz Schubert, Musisi yang Malang



Franz Peter Schubert (31 Januari 1797 -- 19 November 1828) adalah seorang komposer asal Austria. Dia menulis sekitar 600 "lieder" (musik untuk vokal atau permainan piano tunggal), 9 simfoni (termasuk "Unfinished Symphony" yang terkenal), musik liturgi, opera, serta musik untuk skala besar dan solo piano. Terkhusus, dia terkenal karena keorisinalitasan melodi dan harmoni yang disusunnya.





MASA MUDA DAN PENDIDIKAN

Schubert lahir di Wina pada 31 Januari 1797. Ayahnya, Franz Theodor Schubert, anak seorang petani Moravia, adalah jemaat sebuah gereja sekaligus kepala sekolah; ibunya, Elizabeth Vietz adalah putri dari seorang ahli pembuat kunci di Silesia dan pernah menjadi pembantu rumah tangga sebuah keluarga di Wina sebelum dia menikah. Ayahnya, Franz Theodor adalah seorang guru terkenal, dan sekolahnya yang berada di Himmelpfortgrund -- salah satu dari sembilan distrik yang ada di Wina -- sangat populer.

Pada usia lima tahun, Schubert mulai diajar secara rutin oleh sang ayah dan setahun kemudian didaftarkan di sekolah Himmelpfortgrund. Pendidikan formal musiknya juga dimulai pada waktu yang bersamaan. Ayahnya terus mengajarkannya dasar-dasar bermain biola. Pada umur tujuh tahun, Schubert diajar oleh Michael Holzer. Pelajaran dari Holzer kebanyakan berisi percakapan dan ekspresi kekaguman, dan Schubert juga belajar lebih banyak dari perkenalannya dengan seorang magang ramah yang sering mengajaknya ke gudang piano di lingkungan sekitar di mana dia diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan peralatan musik yang lebih baik. Latihan awal Schubert yang tidak memuaskan semakin nyata ketika kesempatan para komposer pada saat itu untuk berhasil sangat kecil, kecuali bisa tampil di depan umum sebagai pemain. Sampai akhirnya, pendidikan musik Schubert yang amat kurang tidak pernah tercukupi.

Pada bulan Oktober 1808, Schubert diterima sebagai murid di Stadtkonvikt (sekolah asrama agama kerajaan) melalui beasiswa paduan suara. Di sekolah itulah Schubert diperkenalkan dengan lagu pembukaan dan simfoni karangan Mozart. Keterbukaannya terhadap komposisi-komposisi tersebut dan juga beragam komposisi yang lebih ringan lainnya, yang dipadukan dengan kunjungannya secara berkala ke opera, mendasari pengetahuan musiknya yang lebih luas lagi.

Sementara itu, kejeniusannya mulai muncul dengan sendirinya dalam komposisi yang dia buat. Antonio Salieri, komposer musik terkemuka pada masa itu, menyadari bakat pria muda itu dan memutuskan untuk melatihnya dalam bidang komposisi musik dan teori musik. Komposisi awal Schubert di ruang musik kentara dengan jelas karena pada waktu itu, setiap hari Minggu dan hari libur, di rumahnya ada kelompok musik kwartet di mana kedua saudara laki-lakinya memainkan biola, ayahnya memainkan cello, dan Franz sendiri bermain biola alto. Orkestra amatir tersebut merupakan titik awal kariernya, di mana setelah beberapa tahun kemudian, ia mulai menulis banyak komposisi. Selama tinggal di Stadtkonvikt, dia menulis banyak sekali musik, beberapa lagu, berbagai komposisi musik untuk piano, dan di antara upaya ambisiusnya, "Kyrie" (D.31) dan "Salve Regina" (D.27), oktet atau sebuah komposisi untuk delapan alat musik tiup (D.72/72a) -- yang dikarang untuk memperingati kematian ibunya tahun 1812 -- sebuah "cantata" (D.110), lirik dan musik, untuk hari baptis ayahnya pada tahun 1813, dan tugas akhir sekolahnya, simfoni pertamanya (D.82).

Pada akhir 1813, dia meninggalkan Standtkonvikt dan masuk ke sekolah ayahnya sebagai guru di kelas pemula. Sementara itu, ayahnya menikah lagi, kali ini dengan Anna Kleyenboeck, putri pedagang sutra dari desa Gumpendorf. Selama lebih dari dua tahun, pemuda itu terus melakukan pekerjaan yang sangat membosankan, dan prestasinya biasa-biasa saja. Namun, ada sesuatu yang dapat menebus kebosanannya. Dia mendapat kursus komposisi secara pribadi oleh Salieri, orang yang lebih banyak melatih Schubert daripada pengajar lainnya.

TAHUN-TAHUN TERAKHIR DAN KARYA BESARNYA

Pada tahun 1823, muncul seri lagu pertama Schubert, "Die schöne Müllerin" (D.795), yang liriknya adalah puisi karangan Wilhelm Müller. Karya ini, bersama-sama dengan seri lagu berjudul "Winterreise" (D.911; yang teksnya juga dari Müller) secara luas dianggap sebagai salah satu titik puncak lieder. Lagu "Du bist die Ruh" (Kamu adalah keheningan/kedamaian) (D.776) juga dibuat pada tahun ini.

Pada musim semi 1824, dia menulis oktet pada kunci F (D.803), "A Sketch for a Grand Symphony"; dan pada musim panas, ia kembali ke Zeliezovce, saat dia tertarik pada idiom Hongaria dan menulis "Divertissement a l`Hongroise" (D.818) dan "String Quartet" di A minor (D.804). Beredar isu bahwa ia mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan dengan muridnya, Puteri Karoline Eszterházy; jika hal itu benar, para ahli sejarah tidak mengetahui detail mengenai kisah tersebut.

Meski asyik dengan dunia panggung dan kemudian dengan tugasnya sebagai pejabat, ia memiliki banyak waktu menyusun nada pada tahun-tahun tersebut. "The Mass in A flat" (D.678) selesai dikerjakan dan "Unfinished Symphony" (Symphony No. 8 di B minor, D.759) mulai dikerjakan pada tahun 1822. Pertanyaan mengapa simfoni itu "tidak selesai" tidak henti-hentinya diperdebatkan sampai sekarang. Sampai 1824, selain karya yang tersebut di atas, ada pula versi seruling dan piano lagu Trockne Blumen, dari seri lagu Die schöne Müllerin. Ada juga sonata untuk permainan piano dan "arpeggione" (alat musik petik enam senar) (D.821). Pada masa kini, musik ini biasanya dimainkan dengan cello atau biola alto dan piano, meski telah ada beberapa perubahan aransemen atas musik ini.

Hal-hal tak menyenangkan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir ini diimbangi dengan kekayaan dan kebahagiaan pada tahun 1825. Penerbitan bergerak lebih cepat; tekanan akibat kemiskinan sempat berkurang sementara waktu; pada musim semi ada liburan yang menyenangkan ke Austria bagian Utara, di mana Schubert disambut dengan antusias. Selama tur inilah dia berhasil menciptakan "Songs from Sir Walter Scott". Seri lagu ini berisi lagunya yang terkenal dan disukai, yaitu "Ellens Dritter Gesang" (D.839). Lagu ini sekarang lebih terkenal, meski disalahartikan sebagai "Schubert`s Ave Maria". Pada masa ini, ia juga menulis "Piano Sonata" di A minor (D.845, Op. 42) dan "Symphony No. 9" (di C mayor, D.944) yang diyakini terselesaikan pada tahun berikutnya, tahun 1826.

Dari 1826 sampai 1828, Schubert terus menetap di Wina; ia hanya melakukan kunjungan singkat ke Graz pada tahun 1827. Sejarah hidupnya selama tiga tahun ini lebih lebih singkat daripada catatan mengenai komposisi-komposisi yang diciptakannya. Ada beberapa peristiwa yang layak untuk disebutkan selama periode ini. Pada tahun 1826, dia memersembahkan sebuah simfoni untuk "Gesellschaft der Musikfreunde" dan mendapatkan honorarium (uang jasa) sebagai imbalannya. Pada musim semi 1828, untuk pertama kalinya dan sekali sepanjang masa kariernya, dia menggelar konser musik untuk umum yang mendapat respons sangat baik. Namun komposisi-komposisi itu sendiri cukup untuk membuat biografinya.

Tahun 1827, Schubert menulis seri lagu "Winterreise" (D.911), sebuah mahakarya lagu kolosal (musik ini dipentaskan dengan luar biasa di Schubertiades), "Fantasia" untuk piano dan biola di C (D.934), dan trio dua piano (B flat, D.898; dan E flat, D.929); pada tahun 1828, "Song of Miriam", "Mass pada E-flat" (D.950), "Tantum Ergo" (D.962) di kunci yang sama, "String Quintet" di C (D.956), "Benedictus to the Mass" kedua di C, 3 piano sonata terakhir, dan koleksi lagu-lagu yang diterbitkan kemudian dengan nama imajinatif "Schwanengesang" ("Swan-song", D.957), yang meski sesungguhnya bukan sebuah seri lagu, namun tetap menggunakan kesatuan gaya antara masing-masing lagu, menyentuh tragedi yang benar-benar tidak dikehendaki dan hal gaib yang tidak wajar. Enam dari lagu-lagu ini, liriknya ditulis oleh Heinrich Heine, yang kumpulan puisinya, "Buch der Lieder", diterbitkan pada musim gugur. "Symphony No. 9" (D.944) tercatat tercipta pada tahun 1828, dan banyak murid Schubert pada era modern (termasuk Brian Newbould) meyakini bahwa simfoni ini ditulis tahun 1825 -- 1826, diperbaiki untuk dipentaskan pada tahun 1828. Dalam minggu-minggu terakhir hidupnya, dia mulai merancang irama untuk "Symphony" di D (D.936A) yang baru.

Karya-karya selama dua tahun terakhir masa hidupnya mengungkapkan perenungannya yang semakin dalam mengenai sisi gelap jiwa manusia dan hubungan manusia, dan dengan rasa yang lebih mendalam mengenai kesadaran spiritual dan konsep "alam baka", mencapai kedalaman yang luar biasa di beberapa lagu bertemakan kegelapan pada masa itu, khususnya pada seri-seri lagu yang lebih besar, (lagu "Der Doppelgaenger" meraih klimaks yang luar biasa, menyampaikan kegilaan terhadap realisasi penolakan dan kematian yang kian mendekat, namun dapat menyentuh ketenangan dan ketenteraman alunan nada "String Quintet" (komposisi untuk lima alat musik petik). Schubert mengekspresikan harapannya, yakni untuk dia dapat bertahan dalam menghadapi penyakitnya, untuk lebih mengembangkan pengetahuannya mengenai harmoni dan nada.

KEMATIAN

Schubert meninggal pada usia 31, pada hari Rabu, 19 November 1828, di apartemen saudara laki-lakinya, Ferdinand, di Wina. Pada pukul tiga pagi "seseorang melihatnya telah berhenti bernapas". Atas permintaannya sendiri, dia dikuburkan di samping Beethoven, orang yang sangat ia kagumi sepanjang hidupnya, di area pemakaman desa Währing. Pada tahun 1888, kuburan Schubert dan Beethoven dipindahkan ke Zentralfriedhof, di sebelah kuburan Johann Strauss II dan Johannes Brahms.